Tinggalkan komentar

Keunikan Jatisawit, Desa tanpa Bedug

Jatisawit, Desa tanpa Bedug

Bila Anda berjalan-jalan di Desa Jatisawit, Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat Anda akan menemukan keunikan yang tidak ditemui di desa lain. Anda tak akan pernah melihat bedug, termasuk di masjid atau mushola yang ada. Mengapa alat tabuh sebagai penanda waktu sholat ini, menjadi benda terlarang di desa ini? Berikut liputan MisteriOnline.com

jatisawit tanpa bedug

Panorama Desa Jatisawit

Menurut cerita masyarakat Jatisawit, bedug yang ditabuh akan menyebabkan munculnya siluman buaya (bisa berwujud manusia) dari Sungai Cimanuk yang ada di desa tersebut. Mereka akan membantu warga desa yang membutuhkan pertolongannya. Menurut kepercayaan, bedug adalah sarana untuk memanggil buaya siluman yang menjadi sahabat warga desa.

Persahabatan antara penduduk Jatisawit dengan buaya siluman penghuni Sungai Cimanuk sudah dimulai ratusan tahun silam. Alkisah, ada seorang penghulu yang sedang menjala ikan di Sungai Cimanuk. Ia melihat penggembala kerbau akan membunuh anak buaya. Padahal, buaya itu dipercaya sebagai siluman.

Karena itu, penghulu menyelamatkan buaya tadi dan dipelihara di sebuah tempat yang bernama Kedokan Talun Kanta. Setelah besar buaya itu berubah menjadi seoarang perjaka yang tampan. Ia menyamar dengan nama Jumad. Padahal, ia adalah Joko Bajul (buaya) anak raja siluman Ki Gede Renteng.

Melihat ketampanan Jumad, anak Pak Kuwu (Kepala Desa) Jatisawit jatuh cinta padanya. Akhirnya, kedua remaja itu dipersatukan dalam tali perkawinan. Usai menikah Jumad mengajak Juriah, istrinya, untuk mengantar makanan ke ayahnya. Jumad berjalan menuju ke tepi Sungai Cimanuk.

Jumad melempar kerikil sehingga terbentang jalan yang amat lebar. Sebelum melewati jalan ini ia berpesan pada istrinya agar jangan sekali-kali menoleh ke belakang. Apa sebabnya? Mereka sedang masuk ke dasar sungai. Sejak itu pasangan tersebut tak pernah lagi kembali ke alam nyata.

Sebagai balas budi terhadap warga Jatisawit yang telah menolong siluman buaya maka para siluman buaya siap membantu penduduk bila mereka mengalami malapetaka. Cara yang dipakai untuk mengundang mereka adalah dengan menabuh bedug. Tiap kali bedug ditabuh, siluman buaya keluar dari dasar sungai.

Sejak itu, penduduk membuang semua bedug ke Sungai Cimanuk. Mereka akan menambuh bedug bila desa dalam keadaan bahaya dan membutuhkan bantuan siluman buaya. Tapi, keadaan damai dan tantram desa ini menyebabkan mereka tak lagi membutuhkan bantuan para siluman. Itulah asal usul desa Jatisawit, menjadi desa tanpa bedug.

Tinggalkan komentar